Senin, 16 April 2012

isnuansa dot com: Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga

isnuansa dot com: Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga


Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga

Posted: 15 Apr 2012 10:33 PM PDT

Saya melewatkan workshop menulis dan fotografi yang diadakan sehari sebelumnya. Rangkaian acara Festival Jurnalisme Warga “Kencangkan Suaramu” ini memang diadakan selama dua hari, Sabtu-Minggu, 14-15 April 2012 di Museum Nasional. Beruntung, blogger sebelah saya hadir dua hari berturut-turut, jadi saya bisa tetap mengikuti, meskipun hanya melalui tulisannya. icon biggrin Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga

Dari tulisan Gie tersebut, saya yang selama ini menulis di blog, bukan berarti telah melakukan jurnalisme warga. Wong yang ditulis kebanyakan curhatan nggak penting. icon lol Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga Sedangkan seorang pewarta warga menuliskan fakta, bukan opini. Di blog ini, saya belum pernah menuliskan realitas sosial dan menyebarkan informasi-informasi terkini.

 Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga

 Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga

 Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga

Di acara Festival Jurnalisme Warga saya jadi tahu dasar-dasar pelaporan dari komik yang dipasang di dinding. Dan saya juga sempat melihat video “Warga Negara dan Bantuan Sosial” yang dipasang di booth-booth di seberang komik. Trenyuh, kalau mendengar mimpi-mimpi mereka yang sederhana: ingin anaknya lebih baik dari kehidupan mereka sekarang ini sebagai pemulung sampah, penjual koran dan penangkap ikan.

 Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga

Satu sesi yang sempat saya ikuti adalah workshop Desain Visual bersama Pak Edi RM (mantan redaktur visual Majalah Tempo) dan Mas Ruby Chrissandy yang menyampaikan materinya tentang desain grafis dan semiotika. Dua hal yang saya tangkap dari Pak Edi, bahwa Tempo sangat memperhatikan pemilihan cover majalahnya, dan tentang ukuran gambar di dalam majalah.

Sampul memegang peran yang sangat vital, karena itu adalah hal pertama yang akan digunakan orang untuk menentukan membeli majalah tesebut atau tidak. Dalam soal ngeblog, desain blog-lah yang mungkin bisa dipadankan dengan sampul majalah. Jangan sampai pembaca kabur, padahal baru lihat halaman home, belum mengklik salah satu artikelnya. icon biggrin Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga Pak Edi juga menjelaskan, kenapa sampul Tempo menggunakan gambar, bukan foto.

Yang kedua, soal gambar di dalam majalah, di mana ada bagian tertentu komposisi gambar yang ditampilkan sangat besar, hampir dua halaman penuh, dan hanya beberapa paragraf yang ditambahkan, mungkin hanya satu kolom saja. Pembaca itu menyukai visual, katanya. Jadi, jangan sampai mereka bosa karena hanya menampilkan deretan kalimat saja. Nah, di blog juga penting nih. Saya lagi berusaha menerapkan, dalam menulis sebisa mungkin menggunakan gambar dan menampilkannya dalam ukuran besar. Dalam hal ini karena lebar body blog saya hanya sekitar 600px, gambar yang muncul ya akan saya sesuaikan.

Selesai sesi workshop, sempat kenalan sama Mbak @MardiyahChamim, direktur Tempo Institute. Dikenalin sama suami yang lebih dulu kenalan, sih, tepatnya. icon biggrin Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga Mbak Mardiyah berjanji bahwa acara Festival Jurnalisme Warga ini nggak berhenti sampai di sini, dan masih akan ada lagi lanjutannya, bisa jadi berupa roadshow ke kampus-kampus di berbagai daerah. Ajak-ajak lagi ya Mbak, kalau ngadain acara.. *kedip-kedip*

 Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga

Meski lagi hamil, saya baru bisa pulang sekitar jam 21.00 karena suami ngebet banget pengen lihat Efek Rumah Kaca. Saya sendiri bukan penikmat musik indie, jadi meski saya pernah denger namanya, tak satupun lagu-lagunya yang secara sengaja pernah saya putar. Pas muncul di panggung, ternyata saya malah bisa nyanyiin lagu-lagunya karena sehari-hari saya dengar dari playlist suami, tanpa saya tahu bahwa itu adalah lagu dari Efek Rumah Kaca. icon lol Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga

 Minggu Seru Di Festival Jurnalisme Warga

Dedek saya juga ikutan joget lhoh, di dalam perut. Meski beberapa kali agak kaget juga sih sepertinya pas suara penyanyinya meninggi. Satu lagi yang bisa saya pelajari di penampilan Efek Rumah Kaca, mereka terlihat sangat total memainkan musik meskipun jumlah penonton nggak penuh sesak seperti konser-konser musik besar. Sebagai blogger, saya malu, karena terkadang menulis “seadanya” dan nggak mencurahkan seluruh kemampuan secara maksimal.:mrgreen:

Gimana dengan teman-teman? Sebagai blogger, apakah sudah merasa juga sekaligus sebagai pewarta warga? Dan sudahkan menulis secara maksimal di blog masing-masing?

Tidak ada komentar: