Senin, 14 Februari 2011

Olahraga Berbahaya Bagi Jantung?


PDF Print E-mail
Liputan6.com, Jakarta: Tak sedikit peolahraga yang menderita serangan jantung atau kematian mendadak saat bermain tenis, menyelam, atau berjalan. Bahkan beberapa artis di Indonesia mengalami serangan jantung setelah bermain sepak bola atau futsal seperti pelawak Srimulat Basuki. Kejadian ini mungkin memberi kesan bahwa olahraga berat berbahaya ke jantung.
Berdasarkan sportssafety, kematian mendadak pada atlet muda diperkirakan satu dari 100.000 hingga 300.000 per tahun. Kejadian ini sekitar 12 per tahun pada atlet sekolah tinggi, dengan didominasi laki-laki, Sabtu (5/2).
Serangan jantung terjadi ketika darah mengalir ke jantung berkurang atau benar-benar diblokir, yang menyebabkan rasa sakit di dada. Jika tidak segera diobati, jaringan jantung yang terkena akan mati. Sebelum serangan, sebagian besar korban mengalami angina (nyeri dada) yang diprovokasi oleh penyumbatan aliran darah ke jantung.
Namun, sepertiga dari semua serangan jantung terjadi tanpa tanda peringatan. Para korban menderita gangguan sporadis aliran darah ke jantung untuk alasan yang tidak diketahui, meskipun mereka secara bertahap merusak jaringan jantung. Bahkan meskipun jantung sudah rusak, individu yang terserang terlihat fit dan kuat.
Sebagian besar kematian mendadak dikarenakan cacat jantung bawaan. Hypertrophic cardiomyopathy (HCM) adalah penyebab paling umum tiba-tiba, kematian jantung tak terduga antara usia 12-32 tahun.
Penyebab paling umum kedua kematian mendadak adalah kelainan kongenital pada pembuluh darah arteri jantung (congenital coronary artery anomalies). Arteri ini menyuplai darah ke jantung. Kematian mendadak mungkin merupakan tanda pertama dari kondisi ini dan biasanya dipicu oleh olahraga. Sekitar 25 persen mungkin mengalami gejala berupa palpitasi (jantung berdebar) dan syncope (pingsan).
Riwayat pribadi atlet dan keluarga juga sangat penting. Namun untuk mendeteksi dari beberapa kondisi yang menyebabkan kematian mendadak pada atlet sangat sulit. Sering, riwayat keluarga merupakan faktor risiko saja. Faktor-faktor yang akan menempatkan atlet pada peningkatan risiko kematian mendadak adalah riwayat keluarga kematian dini, masalah kesehatan yang signifikan dari penyakit kardiovaskuler dalam keluarga dekat, yang lebih muda dari 50 tahun.
Sementara riwayat pribadi meliputi pernah mengalami nyeri pada dada, khususnya apabila gejala-gejala tersebut muncul karena dipicu oleh aktivitas olahraga yang dilakukan si atlet, sesak napas yang berlebihan atau kelelahan selama latihan. Sejarah pribadi dari penyakit jantung bawaan hipertensi, palpitasi juga harus diperhatikan.(MEL)